Yg jelas, perbedaan utama mixing ama pre-mastering ( ini sebutan yg paling pas ) adalah :
1. Kalau pas mixing, yg diurusin adalah keseimbangan antar tiap track untuk menghasilkan stereo Mix yg ok, dengan hasil RMS yang tidak terlalu besar..biasanya pas bagian lagu terkeras mencapai -14dB RMS.. Atau kalau nurutin K-20nya Bob Katz, atur agar pas mixing bagian terkeras mencapai +4dB ( menurut K-20 )..
Kemudian Mixing adalah proses pengaturan 3D positioning tiap instrument…
2. Kalau pre-mastering nih, adalah proses penyempurnaan hasil Mix untuk bisa mencapai “standarisasi” dalam arti, merapikan frekwensi-frekwensi yg dirasa agak mengganggu ( misal bass nih…dikendalikan pake multiband compressor untuk menghasilkan bass yg mantap tetapi tidak over… ), kemudian…pengaturan gain lagu untuk mencapai gain maksimal, tetapi tidak sampai terjadi overcompression ( biasanya RMS yg dipake adalah -12dB utk pop, bisa sampai -10dB untuk rock ), dan usahakan jangan sekedar mencari “GAIN KENCEEEENNGG”..padahal hasilnya jadi “MEGAP-MEGAP”, gak open, positioning jadi gak jelas…Terus yg utama adalah “SONIC” ( rasa ) antar lagu 1-10 misalnya, terasa sama….Misal nih, ternyata lagu 1 agak kurang bass dibanding lagu 2, ya tugas mastering engineer yg memoles…Tapi, kalau kondisinya parah, biasanya yg dilakukan adalah Mix ulang…
Jadi, yg paling pas adalah…Buat hasil MIX sebagus mungkin, sedinamika mungkin, beri headroom buat mastering engineer, jangan terlalu di kompress di master buss ( walaupun untuk menghasilkan analog feel perlu sedikit di kompres ), so nanti pas di pre-mastering, hasilnya bisa lebih keren lagi..
3. Kalau mastering sendiri secara komplit meliputi peletakan track, penentuan marker, penataan fade in fade out….itu semua untuk menghasilkan MASTER yg nantinya buat produksi masal…
Kira-kira begitu gambaran mixing ama mastering….Mixing ngurusin track tiap lagu, buat sebagus mungkin…
Mastering ngurusin antar lagu, buat sebagus mungkin biar terasa mantaf dan rasanya semirip mungkin ( terkesan 1 produk ) ...